Tahun 2015 lalu merupakan tahun yang cukup sibuk dan berat bagi saya, berbagai masalah mulai dari porsi kecil, sedang, besar, hingga complicated sudah saya temui dan berhasil saya lalui. Awal tahun 2016 pun, saya masih tetap sibuk... Hiks hiks... Sudah lama sekali rasanya, saya tidak menulis lagi... kangen...? Ya, kalau boleh jujur, tentu saja saya kangen sekali, mungkin terakhir kali saya menulis adalah September tahun 2015 lalu. Bukan nulis skripsi lho ya... Kalo itu masih membekas di jari saya bahkan :p
Beberapa orang mungkin mengenal saya sebagai seorang penulis/ kontributor untuk
Tech In Asia Games (Januari 2013 - Agustus 2015). Tapi saya sudah menghilang... bak ditelan bumi. Saya juga membuat beberapa
gameplay video untuk
channel YouTube saya sendiri. Namun saya juga sedang absen selama beberapa lama tidak memberikan kontribusi maupun mengunggah video baru. Yang terparah lagi adalah
backlog game di iPad saya yang jumlahnya melebihi 50
games, dan mungkin lebih dari separuhnya belum pernah dimainkan sama sekali. Cukup gila memang, tapi itulah saya.... sebuah kebiasaan buruk yang tak pantas ditiru. Oh ya, sekarang saya sudah berusaha mengontrol diri untuk tidak membeli
game pada hari pertama lagi....
Don't worry -backlog-, I'll play you one by one... :')
|
Percayalah ini belum ada yang dimainin :( kecuali folder simulation sama Now Playing |
Sebenarnya saya ingin sekali untuk kembali, tapi rasanya waktu berjalan terlalu cepat dan saya sedikit ragu dengan kesiapan saya untuk bisa kembali seperti yang dulu, fenomena-fenomena yang terjadi di sekeliling saya silih berganti begitu cepatnya, sampai-sampai saya tidak percaya kalau saya bahkan tidak mengalami masa di mana seorang mahasiswa yang sudah lulus itu akan 'menganggur'. Tunggu, saya tahu apa yang kamu pikirkan... Seharusnya saya bahagia, ketika mungkin banyak di antara mereka yang sedang mengalami fase tersebut dan bersedih karenanya, sementara saya sendiri tidak. Tapi, sejujurnya saya benar-benar berharap bisa pulang ke kampung halaman saya selama 2 minggu untuk menghirup napas lagi, ya itu saja... paling tidak sebelum saya menempuh kehidupan saya yang baru di keesokan harinya. Sayangnya, itu hanya angan-angan semata saja. Oke, kita lanjutkan ceritanya
Saya serius ketika saya berkata kejadian-kejadian yang terjadi 3 minggu ke belakang ini berjalan begitu saja, mengalir bagai aliran sungai yang deras. Waktu di mana saya mengetahui jika tanggal 4 Maret 2016 akan menjadi tanggal penentuan kelulusan saya setelah berkuliah selama 3.5 tahun, tepat pada detik itu juga pikiran saya seolah terhenti dan hanya berfokus ke satu hal. Sayangnya pada keyataannya, apa yang terjadi tidak selalu berbanding lurus dengan apa yang kamu harapkan.
Awal Maret merupakan hari-hari yang cukup sibuk bagi saya karena saya harus berkemas untuk pindah kembali menge-kos di Binus. Alasan menarik, kenapa harus kembali ke jalanan yang sempit dan sering macet, setelah setahun sebelumnya kamu sudah tidak mengalami itu lagi? Sederhana saja, saya sudah lelah berada di lokasi yang cukup 'terisolasi' dari teman serta saudara, dan di mata saya Binus sudah menjadi lokasi yang cukup strategis, terlepas dari fakta jika sekarang saya jauh dari Mall, setelah sebelumnya hanya perlu berjalan kaki kurang dari 5 menit saja untuk sampai ke pusat perbelanjaan bergengsi di Jakarta Pusat :p (Ya, siapa pula yang tidak menginginkan hal itu?)
|
Rasanya jam berhenti nih :p |
Persiapan untuk sidang sendiri terasa tidak terlalu maksimal di mata saya, ada sedikit rasa bersalah dan penyesalan kala itu. Sesuatu yang sebenarnya mungkin bisa dicegah ketika saya bisa mempersiapkannya lebih baik lagi di awal. Namun di satu sisi, pernahkah kamu mendengar jika orang pandai sekalipun akan dikalahkan dengan orang yang beruntung? Haha... saya hanya bercanda. Ya sudahlah tidak ada yang perlu disesali dan dikhawatirkan lagi, apa yang sudah terjadi.. dan berlalu, biarlah berlalu dan biarkan itu menjadi sebuah kenangan dalam sebuah kotak yang bernama 'KMK' alias Kenangan Masa Kuliah hahaha. Seumur hidup juga hanya terjadi sekali bukan?
Ketika masa sidang selesai, saya berpikir: 'Yes, bisa santai sejenak!' dan
drum roll, please.... Pemikiran saya salah total, terkecuali jika saya mau memperpanjang masa revisi saya dengan menggunakan surat
extend (dispensation) yang mana saya tidak mau itu terjadi. Saya berpikir 2 minggu pasti cukup, bahkan awalnya saya mengira 1 minggu juga pasti cukup. Namun sekali lagi, kenyataan berkata lain dari teori prediksi awal saya.... dan bisa dibilang hal-hal yang menghambat revisi saya terbilang ringan namun keringanan tadilah yang menyita banyak waktu, sungguh... amat banyak. Tapi dari sini, kamu akan belajar untuk benar-benar menghargai goresan-goresan sederhana nan mematikan, yang bisa diibaratkan itu adalah penentu kamu untuk bisa diwisuda atau tidak... Ya saya serius... Terlepas dari kewajiban kamu harus bayar untuk prosesi wisuda pastinya.
|
Selesai! Yes, lulus... tinggal tunggu wisuda :) |
Tanggal 19 Maret 2016 kemarin akhirnya saya berhasil menyelesaikan sebuah tahap akhir untuk membuka babak yang baru, an unknown chapter. Ya, saya berhasil menyelesaikannya dengan terlambat sehari dari deadline yang sudah ditentukan. Sebenarnya, kemarin adalah hari keberuntungan saya... ya saya sendiri juga tidak menyangka jika kebetulan itu benar-benar membawa keberuntungan bagi saya, Tuhan memiliki rencana yang terbaik bagi saya dan memberikan saya jalan yang terbaik sesuai dengan rancanganNya. I'm really grateful for that. Di saat kamu menyerahkan segala sesuatu ke tanganNya, di saat itulah Ia akan bekerja dan memberikan kamu yang terbaik.
Sebenarnya kamu mungkin bertanya-tanya apa yang saya lakukan satu tahun ke belakang ini? Kampus saya memiliki 3 model skripsi (tahun 2016), dan saya mengambil salah satu model yang namanya skripsi 3+1, yang awalnya berarti kuliah 3 tahun dan magang 1 tahun. Kenyataannya saya hanya berkuliah dari semester 1-5, dan semester 6-7 saya magang di salah satu perusahaan terkenal di Indonesia yang bergerak di bidang industri game. Terlibat dan melihat secara langsung bagaimana sebuah game itu dibuat menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi saya. Dahulu saya pernah berkata pada diri saya sendiri jika saya ingin turut berkecimpung di bidang game tidak peduli baik itu sebagai developer maupun jurnalis, asalkan itu game saya akan terjun di dalamnya. Hahaha....
Rasanya saya begitu egois dan amat idealis kala itu, bahkan mama saya cukup khawatir mendengar celotehan anaknya yang terdengar konyol. Sementara kita semua tahu, Indonesia sendiri belum memiliki pasar industri
game yang cukup besar dan kuat, dan di mata orang tua hal tersebut bukanlah sesuatu yang baik bagi anaknya. Kendati demikian mama saya tetap mendukung 100% keputusan saya.
|
Thank you everyone for the hospitality |
Waktu demi waktu berlalu, ada banyak hal yang terjadi dalam diri saya dan saya pelajari sedikit demi sedikit hingga saya menemukan dan memutuskan jika bekerja di bidang game bukanlah keinginan saya, bukan berarti saya melihat game itu membosankan atau saya membenci game atau tidak suka dengannya. Hanya saja, sekarang di usia saya yang menginjak 22 tahun, saya tahu jika saya melihat game sebagai sebuah seni dan bukan lagi menjadi sesuatu yang bisa dikaitan dengan uang. Ya, kamu bisa mendapatkan uang dari mengembangkan game (game developers), bermain game (pro-gamer), maupun mengulas game (game journalist). Siapa juga yang tidak mau dibayar untuk melakukan hal yang disukainya?
Hanya orang bodoh bukan? Ya mungkin saya termasuk orang bodoh itu, namun mungkin kebodohan dan keidealisan saya yang kedua kalinya ini adalah jalan yang terbaik dan harus saya lalui. Saya berpikir jika sebuah fantasi akan bisa saya wujudkan kembali kapan saja bahkan saat saya sudah berumur tapi tidak dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu sekarang selagi saya masih sanggup, ini saat yang tepat bagi saya untuk mencari ilmu lebih luas lagi
dan belajar sesuatu yang baru yang saya butuhkan sebanyak-banyaknya. Saya ingin membangun dan memiliki sebuah fondasi yang kuat :). Tentu saja saya tidak akan melupakan kenangan-kenangan tadi, masa di mana saya mengulas
game, mendesain
game, membantu
indie game developer untuk proses
testing, dan tentu saja saya masih akan tetap bermain
game :D
.
Sedikit cerita dari pengalaman saya selama magang di perusahaan game selama setahun. Saya mendapatkan 2 pengalaman, salah satunya adalah dengan bekerja sebagai game tester yang mana saya percaya kalian akan amat sangat meremehkan pekerjaan tersebut dan pasti tidak sedikit dari kalian yang berkata seperti ini:
"Ah, cuma main game doank apa susahnya?"
"Idih enak banget kamu cuma main game doank kerjaannya, anak kecil juga bisa"
Tapi tahukah kamu jika menjadi game tester itu tidak semua orang bisa melakukannya? Saya amat sangat salut terhadap mereka yang sanggup bertahan menjadi quality assurance selama bertahun-tahun, kudos untuk mereka. Tanpa keberadaan mereka dalam sebuah industri game, saya bisa jamin kamu akan memainkan sebuah game dengan terus menerus ngomel-ngomel entah karena bug sepele maupun yang fatal katakanlah crash setelah bermain selama 5 menit (bukan karena low memory) :p.
Hal kedua yang perlu kamu ketahui, seorang programmer tidak akan setangguh QA untuk melakukan pengetesan kembali terhadap apa yang ia kerjakan secara berulang-ulang. Mungkin bisa diibaratkan dengan kalimat seperti ini, "Kodingnya saja sudah dilihat terus menerus sepanjang hari dengan memeras otak, tenaga, dan pikiran. Kalau harus cek sendiri lagi dengan teliti, lebih baik bunuh saya saja :'). Oleh sebab itu, peran QA yang kamu mungkin anggap remeh ini justru sangat penting di sini. Kalau QA sudah bilang oke dan kenyataan berkata lain, siapa yang salah? QA yang salah... kenapa tidak melaporkan T__T.
Namun satu hal yang paling mengesalkan adalah ketika kamu membaca komentar-komentar user yang entah terlalu polos atau apa, mereka tidak bisa membedakan apakah itu benar-benar bug atau kesalahan karena device mereka. Percayalah itu sungguh menjengkelkan ketika kamu sudah yakin 99% dengan game yang kamu tes tadi bebas dari bug .. Iya 99% bug free, 1% human error rate with very rare chance :p dan tiba-tiba sebuah komen cukup konyol muncul di kolom review. Tapi mungkin di situ juga letak keseruannya.
Hal ketiga yang tak kalah penting jika kamu ingin menjadi QA, kamu harus bisa dan siap bermain semua game tanpa memandang genre apakah itu. Untung saja selama saya menjadi QA saya tidak diminta mengetes game aneh-aneh seperti pertanyaan kalkulus misalnya, atau bermain game bergenre poker/ dice/ Trading Card Game. Karena jika iya... mungkin sejak tahun lalu, bendera putih selebar 1 meter sudah saya kibarkan dalam kantor :p saya menyerah... Untuk semua QA-QA yang sedang berjuang di luar sana tetap semangat, jasa kalian sungguh luar biasa...
Sebenarnya saya masih bisa bercerita lebih banyak lagi, tapi saya tahu kamu sudah mulai bosan melihat teks hitam ini, jadi saya sudahi saja. Terima kasih atas kesediaan kalian untuk membaca catatan penulis yang ga penting ini. Oh ya, sampai jumpa kapan-kapan di pos saya yang selanjutnya :p