Sunday, May 27, 2018

10 Days Itinerary Vietnam Trips - Backpacker Style (Cheapskate One) - Part IV

Sebelumnya di bagian III


Hari ke-6: 11 April 2018 - Bermain di French Village, Bana Hills


Hari ini kami memutuskan untuk mengunjungi Bana Hills. Karena kami 12 orang maka kami menyewa 16 seaters car untuk pergi ke sana. Seperti yang kamu ketahui, Grab Car hanya tersedia di Da Nang, Hanoi, dan HCM saja. Jadi kalau kamu sendirian, cobalah tanyakan ke pihak hotel, kendaraan terbaik apa yang bisa kamu gunakan untuk mencapai ke sana. Perjalanan ke Bana Hills memakan waktu kurang lebih 1 jam. Biaya yang dikeluarkan untuk sewa mobil adalah 1.300.000 VND untuk rute Hoi An - Bana Hills - Hoi An. Mobil yang kami sewa tadi bersedia menunggu kami bermain kurang lebih 3.5 jam.

Tiket masuk ke Bana Hills dipatok seharga 700.000 VND (IDR 448.000) dan belum termasuk tiket untuk nonton film 3D/ 4D serta museum lilin yang ada di dalamnya. Bana Hills sendiri sejatinya merupakan taman bermain yang dibangun oleh Sun Group untuk menyenangkan turis dari Cina dan Korea. Saya tidak tahu ada hubungan apa mereka, tapi hal itu memang benar adanya. Kamu akan menjumpai banyak turis Korea/ Cina di sini. Sayangnya, rata-rata sudah menjadi ayi-ayi aka ahjumma dan ahjussi hahahaha. Kami tiba sekitar pukul 10.00 pagi, dan usai membeli tiket saatnya naik cable car yang menjadi andalan Bana Hills.


Satu kereta bisa memuat 8-10 orang

Pemandangan yang bisa kamu temukan saat naik cable car



Ini di Vietnam bukan di Eropa
Tiba di sisi seberang, OMG ko panas ya :(. FYI, Bana Hills ini terletak 1.487 dpl, tapi pas kami datang tanggal segini ko malah udaranya panaaassss... pake banget. Saya cukup salah kostum di sini. Mungkin kalau saya datang pas bulan lalunya, saya tidak akan saltum karena cuacanya sering mendung dan berkabut. 
Bana Hills terdiri dari beberapa bagian, yaitu French Village yang sebetulnya rumah makan, taman bunga, pagoda, serta patung Buddha setinggi 27 m serta Mercure hotel itu sendiri. Kamu bisa mengambil peta yang tersedia di dalam cable car. Sayangnya itu hanya tersedia dalam bahasa Vietnam -  Korea - Mandarin saja.. :(

Selain tempat-tempat untuk narsis, kamu juga bisa melihat pertunjukan seperti nyanyian dan tarian, maupun bermain di Fantasy park/ alpine coaster. Sayangnya, coaster ini memiliki antrian yang amat sangat panjang, dan waktu kami tidak cukup. Saran saya kalau kamu melihat semuanya, datanglah ke sini dari pagi dan cek dulu kondisi cuacanya. Selain itu, jangan pulang terlalu sore. Sekalipun tertulis Bana Hills tutup pukul 21.00, tapi cable car berhenti beroperasi pukul 6 sore. Jadi untuk menghindari antrian, jam 5 sore kamu sudah harus kembali.

Ngirit Tips no 8: 


Oh ya, bangunan-bangunan ala Eropa di Bana Hills ini sebenarnya adalah restoran. Tetapi tidak seperti di Disneyland yang akan mengecek isi tas yang kamu bawa, di Bana Hills tas bawaan kamu tidak akan dicek. Jadi kalau kamu mau irit, tentu bawa nasi kotak sendiri sebelum berangkat. Sekalipun di sini ada banyak yang menjual makanan dan minuman.

Ada pengamen-pengamen ganteng :p




Terpaksa beli karena haus banget :'D

Ada banyak spot foto bagus di sini,
sayang panasnya itu lhoo
Family Shoot dulu :D

Hari ke-7: 12 April 2018 - Marble Mountain - Da Nang Beach - Terbang ke Saigon (HCMC)


Pada awalnya, sebenarnya kami mau ke Hue. Sayangnya, akan sangat sulit bagi kami jika tidak mengambil paket tour lokal. Untuk menekan budget, kami memutuskan tidak jadi ke sana. Sebagai gantinya, kami mengambil aiport transfer dengan sightseeing stop di Da Nang. Penerbangan kami menuju Ho Chi Minh akan berangkat sekitar pukul setengah 5 sore. Jadi setidaknya kami masih punya beberapa jam untuk melihat-lihat beberapa tempat wisata di Da Nang.

Pemberhentian pertama kami adalah Marble Mountain. Tiket masuknya seharga 40.000 VND (IDR 25.600), tapi bagi kamu yang malas naik tangga, bisa naik lift yang akan membawamu langsung ke bagian atas dengan membayarkan biaya tambahan seharga 15.000 VND (IDR 9.600). Marble mountain ini terdiri dari beberapa gua dan pagoda yang bisa dikunjungi.  Sayangnya, karena  untuk menjangkaunya kami harus naik tangga yang jumlahnya lumayan banyak, tidak ada yang jadi naik ke sana :( . Kami hanya mengambil beberapa foto di sekitar pagoda dan kuil tanpa mengunjungi guanya.

Itu bukan tiang ya, tapi lift


Mama eksis dulu
Kurang lebih kamu akan berada di tempat setinggi ini


Pemberhentian selanjutnya adalah My Khe Beach atau lebih dikenal dengan nama Da Nang Beach. Tapi percayalah mendatangi pantai pukul setengah 2 siang adalah ide terburuk yang pernah ada. Pantainya memang indah, airnya jernih, pasirnya putih, di sisi seberang sana juga terdapat sebuah patung buddha besar. Sayangnya, panas matahari yang ada amatlah menyengat kulit. Kami hanya mengambil beberapa foto dan bergegas kembali ke mobil karena tidak kuat dengan cuaca yang sangat panas.


Titik putih di tengah merupakan patung Buddha.
Sayang kami tidak tahu letak pastinya

Kami terbang menuju HCMC dari Da Nang sekitar pukul setengah 5 sore. Penerbangan tersebut memakan waktu sekitar 1 jam 20 menit. Setibanya di bandara Tân Sơn Nhất, kami menggunakan airport transfer 16 seaters menuju hostel kami di area Bến Thành. Biayanya sebesar 400.000 VND untuk perjalanan sejauh kurang lebih 7 km. Kami sengaja memilih menginap di area tersebut karena jujur saja keluarga kami mau belanja, dan belum afdal katanya kalau belum beli oleh-oleh untuk sanak saudara di rumah.

Jalanan di HCMC tidak ada bedanya dengan Jakarta, macet panjang sekalipun tidak separah di Jakarta. Setibanya di hostel, kami langsung mencari makan ke Street Food Market 2015 yang letaknya hanya 3 menit dari tempat kami menginap. Tempat kami menginap bernama Prei Nokor Hostel, letaknya persis di depan pasar Bến Thành, jadi sudah pasti akan lebih berisik di pagi hari. Kami menyewa kamar 12 ranjang yang diisi oleh 10 orang.






Street Food Market menyajikan beragam jenis makanan mulai dari makanan khas Vietnam, India, Cina, hingga Western. Beberapa stand juga ada yang menyediakan opsi makanan vegetarian. Jadi bisa saya simpulkan Vietnam adalah negara yang ramah untuk vegetarian. Makan malam saya kali ini adalah telur yang dipadukan dengan kue goreng. Saya lupa nama makanannya apa, hahaha. Bagi kamu yang muslim, ada banyak sekali rumah makan halal yang bisa kamu temukan di sekitar pasar Bến Thành.

Harganya 40.000 VND dan
bisa dibeli di Street Food Market

Fakta Unik no 9 di Vietnam:


Kamu akan banyak menemukan motor di Vietnam jarang ada yang memiliki spion, bahkan untuk pengemudi Grab Bike sekalipun. Saat saya tidak sengaja melihat showroom motor, nampaknya di negara ini spion motor dijual terpisah. Mungkin itu alasan mengapa banyak motor tanpa spion di sini. Kalau saya bisa bilang, di Hanoi ada 9 dari 10 motor tanpa spion. Untuk Hoi An -  Da Nang, 7 dari 10 motor yang tidak punya spion. Sementara di HCMC, hanya 5 dari 10 motor yang tidak memiliki spion.

Fakta Unik no 10 di Vietnam:


Perlu kamu ketahui, sekalipun Hanoi adalah ibukota dari Vietnam, tapi pada kenyataannya kota HCM jauh lebih ramai daripada Hanoi sendiri. Kamu akan lebih banyak menemukan turis asal Asia seperti  dari Malaysia maupun Indonesia di sini. Oleh karena itu, tidaklah sulit bagi kamu yang muslim untuk mencari rumah makan halal di HCMC. Bahkan beberapa pedagang mau menerima pembayaran dalam bentuk ringgit/ rupiah.

Cuaca di HCMC 180 derajat berbeda dari di Hanoi. Cuaca di sini sangat amat sangat paaaannnnaaasss... Saya tidaklah mengada-ngada, lebih lagi jika kamu sebentar saja lupa menutup jendela, hawa panas dari luar akan segera masuk. Sisi positifnya, saat kamu menjemur handuk sehabis mandi akan lebih cepat kering. Sisi negatifnya, sebentar saja AC di kamar mati kamu akan merasa gerah yang luar biasa. Terkecuali kamu biasa tinggal di padang pasir, saya rasa kamu akan mengalami hal yang sama seperti saya.

Hari ke-8, 9, 10: 13-15 April 2018 - Pasar Bến Thành - Saigon Center - Area District 1 - Aeon Mall - Kembali ke Jakarta


Hari - hari terakhir kami di Vietnam diisi dengan belanja-belanja saja. Tempat wisata di HCMC tidaklah semenarik di Hanoi- hanya ada kantor pos dan katedral Notre Dame yang sedang direnovasi. Sebenarnya ada Cu Chi Tunnel, mekong delta, dan sebagainya. Tapi karena dipikir-pikir biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan yang didapatkan jadi kami malas untuk mendatanginya. Bisa dibilang, perjalanan ke HCMC kali ini murni untuk belanja dan sekedar lihat-lihat saja tanpa tujuan khusus. Tanggal 15 April, usai check out dari hotel kami berangkat memakai Grab Car menuju bandara. Tidak seperti di Indonesia, bandara Vietnam mewajibkan kamu melepas alas kaki bahkan sandal jepit sekalipun untuk melalui proses scanning. Kami pulang dengan pesawat Malindo Air, transit Malaysia. Kira-kira pukul 22.00, kami sudah tiba kembali di Jakarta.



Lokasinya di dekat Union Square

Sushi vegetarian yang saya beli di Aeon (49.000 VND)
Kesimpulannya, Vietnam merupakan salah satu negara di ASEAN yang cukup menarik untuk dikunjungi. Terlepas dari fakta bahwa nilai kurs yang lebih rendah tidak selalu menjamin harga jadi ikutan murah. Vietnam masih lebih affordable daripada Singapura. Total biaya yang kami habiskan per orangnya kurang lebih sekitar 10 juta. Tapi perlu dicatat jika kami bolak balik naik pesawat hingga 4 kali, di mana kurang lebih total untuk tiket pesawatnya saja sudah menghabiskan sekitar 5 juta. Mahal memang :(. Saya tidak tahu kenapa jarang ada maskapai penerbangan yang memberikan tiket murah untuk penerbangan ke Vietnam, mungkin karena itu bukan destinasi favorit.

Jika dihitung, lima juta berikutnya digunakan untuk membayar penginapan, transportasi, makan, tempat wisata, serta belanja oleh-oleh selama 10 hari 9 malam di sini. Harga tersebut masih tergolong wajar dan lebih murah daripada kamu ikut tour yang hanya dapat beberapa hari saja. Selain itu, Vietnam tidaklah seburuk yang diberitakan. Tetap saja memang, tidak tertutup kemungkinan masih ada scam maupun pencopetan yang terjadi di sana. Namun, asalkan kita berhati-hati harusnya tidak akan ada masalah. Selalu waspada di mana pun kamu berada dan jangan banyak tingkah aka terlalu mencolok maupun menyita perhatian sekitar. Sampai jumpa di perjalanan backpacker berikutnya :D

Perjalanan ke Vietnam... Selesai

Friday, May 25, 2018

10 Days Itinerary Vietnam Trips - Backpacker Style (Cheapskate One) - Part III

Sebelumnya di bagian II

Hari ke-4: 9 April 2018 Ha Long Bay 1 Day Trip


Untuk perjalanan ke Ha Long Bay kami menggunakan bantuan Tour desk di hotel untuk melakukan pemesanan tour 1 hari. Karena kami bersepuluh, kami bisa mendapatkan harga 42 USD (+- IDR 582.000) untuk per orangnya. Jika kamu memesan sendiri lewat web harganya 50 USD/ orang. Tour sudah termasuk makan siang, transport bus dan kapal, serta tour guide berbahasa Inggris. Ini bukan tour pribadi, jadi kamu akan banyak menunggu karena bus yang kamu tumpangi juga harus menjemput orang lain yang akan berangkat dengan kamu.

Sebenarnya perjalanan dari Hanoi ke Ha Long tidaklah terlalu jauh apabila busnya bisa jalan ngebut. Kenyataannya, sepertinya ada peraturan yang mengharuskan bus tidak boleh 'lari' lebih dari 40 km/ jam sekalipun jalanan sepi. Jadi kurang lebih 3 jam, kami baru sampai di pelabuhan menuju Ha Long. Begitu naik kapal, kami disajikan dengan makan siang. Jika kamu seorang vegetarian atau memiliki alergi pada makanan tertentu, kamu bisa memberi tahu dari awal pemesanan.


Karena susah dapat foto rambut normal,
jadi tampak belakang saja ya.. ^^v

Nampaknya mama lebih eksis dari saya

Kami beruntung mendapatkan cuaca cerah di Ha Long. Tour desk hotel berbaik hati memilihkan hari terbaik untuk wisata ke Ha Long. Acara pertama diawali dengan melihat Surprise Cave. Dinamakan demikian karena katanya wisatawan asing yang masuk akan terkejut saat melihatnya hahaha.

Nah ini penampakan guanya. Sudah terkejut?
Foto ibu dan anak
Masih belum terkejut tuh
Selesai menjelajahi gua kurang lebih 30 menit, aktivitas selanjutnya antara mau naik Row Boat atau main kayak. Tapi karena katanya main kayak itu butuh pengalaman dan bikin cape, kami pilih yang gampang saja yaitu naik row boat. Dengan row boat, kami dibawa menuju Luon Cave melihat laguna aka air tenang yang terjebak di bebatuan Ha Long. Anyway, biarpun row boat ini aman, tapi entah kenapa mungkin karena yang mendayung sendirian, rasanya cukup seram gara-gara takut kapalnya ga kuat menahan beban kami semua :') Jadi maafkan kalau fotonya ga banyak, takut HP kecebur.. maklum cicilan belum lunas XP



Penampakan row boat kurang lebih seperti ini
Usai kami melihat laguna, perjalanan dilanjutkan menuju pulau Titop. Bagi kamu yang masih kuat jalan, bisa naik ke atas menuju Titop Peak untuk melihat panorama yang ada. Setelah mendengar ucapan tour guide yang menjelaskan kalau harus naik tinggi ke atas dan banyak tangga, akhirnya kami memilih untuk main di pantai saja hingga menjelang matahari terbenam.

Mamak sibuk cari kerang

Hasil perburuan mama mencari kerang lol
Tinggalin jejak dulu gan
Menjelang matahari hampir terbenam, kami semua sudah kembali naik ke kapal untuk pulang. Saya sempat mengabadikan beberapa foto langit saat sunset. Sekitar pukul 18.00, kami pulang kembali ke hotel. Sekedar informasi untuk paket one day tour ini tidak dilengkapi dengan makan malam. Jadi saran saya, kalau kamu mudah lapar bawalah makanan -  snack ringan untuk dimakan di bus saat pulang nanti.



Perjalanan ke Ha Long.. Fin



Hari ke-5: 10 April 2018  - Terbang menuju Da Nang, mengunjungi kota tua, Hoi An

Puas bermain dari Hanoi, saatnya kami terbang menuju ke Da Nang. Kami sengaja mengambil penerbangan lokal sore hari menuju Da Nang agar tidak terlalu buru-buru. Sayangnya penerbangan kami ditunda hingga sekitar pukul setengah 5 sore kami baru terbang. Kurang lebih 1 jam 20 menit kami tiba di Da Nang. Da Nang sendiri merupakan 'Bali'-nya Vietnam yang sedang mendapatkan pembangunan. Ada banyak sekali resort-resort kelas internasional yang didirikan di sana. Kerlap kerlip lampu yang ada sungguh memukau mata. Sayangnya tidak banyak yang bisa dilihat untuk sekarang ini, mungkin 10 tahun mendatang Da Nang sudah menjadi sangat maju bahkan mengalahkan Bali.

Ngirit Tips no 5

Kalau kamu masih muda dan punya banyak waktu, gunakanlah sleeper bus antar kota untuk menekan biaya perjalanan. Kurang lebih 8 jam perjalanan untuk sampai di Da Nang. Untuk tiba di Hoi An mungkin kamu bisa menggunakan taksi konvensional/ Grab Car (jika pengemudinya bersedia). Pesawat lokal memang memiliki harga lebih mahal, sekitar IDR 500.000 untuk sekali jalan tetapi jauh lebih menghemat waktu kamu.

Perjalanan kami kali ini adalah menuju kota tua warisan UNESCO, Hoi An. Kami memilih untuk menginap di Style Homestay. FYI, jarang ada penginapan model backpacker di sini. Jadi kami memutuskan menginap di homestay. Homestay yang kami tempati hanya memiliki 6 kamar saja dan 5 di antaranya disewa oleh kami hahahaha. 

Homestay ini menyediakan makan pagi gratis yang bisa didapatkan di Calla Villa yang letaknya tidak jauh dari tempat kami menginap. Ada yang unik dari homestay ini, kami harus melepas sepatu saat masuk ke dalam homestay. Satu lagi, homestay ini memang 24 jam, tapi ia juga memiliki jam malam pukul 11. Jadi kalau kamu pulang lewat jam 11, kamu harus memencet bel yang ada agar petugasnya bisa membukakan pagar untuk kamu masuk. Entah hal ini berlaku untuk homestay lainnya atau tidak yang jelas kami lihat memang setelah pukul 11 jalanan menjadi amat sangat sepi dan tergolong gelap.

Ngirit Tips no 6


Harga air mineral di Hoi An lebih mahal daripada di Hanoi, tapi kamu masih bisa menawarnya. Kami membeli di warung tidak jauh dari tempat kami menginap seharga 15.000 VND lebih mahal 5.000 VND dari di Hanoi. Karena ini kota tua, kamu akan jarang menemukan convenience store seperti Circle-K/ 7-11 di sini. Oleh karena itu mau tidak mau kamu harus beli di warung.

Ngirit Tips no 7

Tips irit kali ini adalah tips irit yang kebangetan, terkecuali kamu adalah tipe orang yang pelit pake banget nah bolehlah memakai tips ini. Untuk masuk ke kota tua, kamu diharuskan membayar seharga 120.000 VND sekitar IDR 76.800 per orangnya. Tiket ini sebenarnya berguna jika kamu mau masuk ke rumah-rumah kuno (landmark-landmark) yang ada dan berlaku setiap hari selama tiketnya tidak hilang. Jadi sebenarnya tidak masalah jika kamu tidak membeli tiket, kamu masih bisa masuk lewat gang kecil di samping yang letaknya sekitar 500 m dari pintu utama. Tapi disarankan tetap membeli guna pelestarian warisan UNESCO yang satu ini.

Kami pergi ke Ancient Town 2 kali di malam hari. Well, karena Hoi An dikenal akan lampion-lampionnya yang indah, maka lebih baik kamu mendatanginya saat sore menjelang malam. Berikut penampakan-penampakan indah situs warisan UNESCO yang satu ini. Saran saya, siapkan kamera yang kuat agar bisa menangkap momen-momen indah di malam hari.


Saat malam tiba, ada banyak penduduk lokal
yang berjualan souvenir di sini.
Lucunya harga yang dipakai adalah USD
Lampion di jembatan utama kota tua Hoi An
Lampion menjadi salah satu
selling point dari kota ini


Penjual memang tidak berkeberatan kalau
kamu mengambil foto-foto di sini,
tapi tahu diri dikit lah :p
Jajanan ini enak banget, perpaduan antara candy floss,
  
kacang tanah, daging kelapa, serta saus cokelat... Top :D
Ga peduli deh biarpun lagi radang tetep hajar (20K VND) 
Penduduk di Hoi An lebih sedikit yang bisa berbahasa Inggris maupun mandarin. Kami lebih banyak menggunakan Google Translate atau bahasa tubuh di sini. Dari tiga rumah makan vegetarian yang kami kunjungi, hanya satu rumah makan yang bisa pesan tanpa bawang-bawangan. Sayangnya, rumah makan ini baru mulai buka pukul 2 siang. Oh ya, nama tempat makannya Barley Vegetarian Restaurant.

Part berikutnya akan membahas tentang perjalanan kami di Bana Hills dan Ho Chi Minh, sampai jumpa :D